NASKAH ESAI: Urgensi Independensi Media Terhadap Inovasi Tepung Berbahan Dasar Daun Kelor Guna Menunjang Stabilitas Ekonomi
sumber foto: goodtimes.id
Penulis: Dewi Rochmah
(Peserta Juara 1 Lomba Esai LPM Suaka UNIKAL)
I.
PENDAHULUAN
Peran independensi media sangat
dibutuhkan khususnya dalam menjaga stabilitas ekonomi. Karena di era revolusi industri 4.0 akan memberikan
banyak tantangan, namun kita berpandangan bahwa sisi positifnya akan jauh lebih besar,
dan bukan tidak mungkin revolusi industri 4.0 dapat membantu Indonesia dalam
mencapai Sustainable Developmemt Goals yang dapat diukur dengan menyeimbangkan
tiga dimensi pembangunan berkelanjutan yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Revolusi industri 4.0 mengubah proses produksi dengan cepat, yang berdampak
pada pekerjaan dan produktivitas di berbagai sektor
ekonomi. Perubahan cepat tersebut menuntut pelaku ekonomi untuk merespon dengan
cepat pula dengan solusi yang baru dan berbeda.
Tidak hanya dalam perubahan proses produksi
yang lebih cepat, namun independensi media juga dapat menunjang revolusi
industri 4.0 di Indonesia. Pada saat ini perkembangan media tumbuh sangat
pesat, dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi dapat memudahkan kita
untuk belajar serta mendapatkan informasi yang kita butuhkan dari mana saja,
kapan saja, dan dari siapa saja. Perkembangan media juga dapat memberikan
dampak negatif apabila tidak dimanfaatkan dan dipergunakan dengan sebagaimana
mestinya. Maka dari itu diperlukan kecakapan dalam
mengelola dan menggunakan media dengan baik agar dapat dimanfaatkan dalam
berbagai bidang, salah satunya yaitu bidang ekonomi.
Pada bidang ekonomi di masa
globalisasi ini, setiap negara baik yang sudah maju maupun masih berkembang
tiada hentinya melakukan pembangunan berkelanjutan. Indonesia pun demikian,
ditunjukkan dengan adanya program Indonesia Emas di tahun 2045 yang akan
memanfaatkan bonus demografi pada rentang tahun 2020 hingga 2030. Untuk
mendukungnya, maka diperlukan peran independensi media dan semua pihak terutama
generasi muda yang merupakan masa depan bangsa Indonesia agar lebih
terinspirasi dan bersinergi dalam menunjang stabilitas ekonomi dengan
menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan bagi kemajuan dan kesejahteraan
masyarakat Indonesia. Sehingga untuk menggali lebih dalam potensi yang dimiliki
generasi muda diperlukan inovasi-inovasi baru.
Inovasi adalah suatu keharusan, dan
menjadikan inovasi sebagai solusi atas masalah yang ada adalah suatu tanggung
jawab. Keunggulan generasi muda adalah awareness
terhadap teknologi dan kemampuannya berinovasi, khususnya dalam industri
kreatif. Kita sebagai pemuda, tentu memiliki tanggung jawab yang besar untuk
memajukan perekonomian bangsa Indonesia dengan inovasi pada bidang industri
yang merupakan kebutuhan vital bangsa ini.
Maka dengan didukungnya independensi media, dapat membuka peluang untuk berinovasi
dan melahirkan suatu kreasi dengan memanfaatkan daun kelor menjadi sebuah
tepung yang kaya akan manfaat guna perbaikan gizi dan kesehatan.
Beberapa masalah yang
melatarbelakangi mengenai pemanfaatan daun kelor sebagai tepung guna menunjang stabilitas
ekonomi adalah sebagai berikut: Pertama, daun kelor atau Moringa Oliefera
merupakan tanaman yang bisa tumbuh dengan cepat, berumur panjang, dan tahan
dengan kondisi panas yang ekstrim. Tanaman ini cocok berada di daerah yang
memiliki iklim tropis seperti Indonesia, maka dari itu tanaman ini banyak
ditemui di berbagai daerah di Indonesia salah satunya yaitu wilayah Jawa bagian
Timur, Desa Dukuhtengah, Buduran, Sidoarjo yang dijuluki sebagai “Kampung
Kelor” (Slamet Teguh Mujiono, 2019). Hal tersebut dikarenakan banyaknya tanaman
kelor yang tumbuh dan dibudidayakan di desa tersebut. Meskipun demikian,
ternyata masih banyak masyarakat di daerah-daerah lain yang belum mengetahui
akan manfaat dan kandungan gizi yang terkandung di dalam daun kelor. Berdasarkan hasil perbandingan daun kelor dengan bahan
pangan lain menunjukkan bahwa daun kelor mengandung vitamin C setara dengan 7
kali vitamin C pada jeruk, vitamin A setara dengan 4 kali vitamin A pada
wortel, kalsium setara dengan 4 kali kalsium pada susu, potassium setara dengan
3 kali potassium pada pisang, protein setara dengan 2 kali protein pada yogurt,
dan zat besi setara dengan ¾ kali zat besi pada bayam (BBPLM Jakarta, 2019). Tanaman
ini juga kaya akan antioksidan yang dapat melawan radikal bebas dalam tubuh,
sehingga cocok dikonsumsi oleh para penderita penyakit jantung, diabetes, dan
kolesterol.
Tanaman kelor dikenal di seluruh
dunia sebagai tanaman bergizi dan World Health Organization (WHO) telah
memperkenalkan kelor sebagai salah satu pangan alternatif untuk mengatasi
masalah gizi (Broin, 2010). Namun tanaman ini juga tidak terlepas dari mitos-mitos
mistis yang selama ini melekat pada masyarakat, yaitu bahwa daun kelor
dipercaya dapat melunturkan jimat, susuk, dan ilmu gendam. Terlepas dari kepercayaan yang terlanjur
berkembang di tanah air, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jawa Timur tetap
tertarik untuk mengembangkan budidaya daun kelor sebagai komoditas ekspor,
pihaknya akan mulai melakukan identifikasi dan pembinaan di lapangan. Misalnya
mulai dari sertifikasi lahan, penerbitan SOP dan sertifikasi hasil pertanian
agar komoditas kelor memenuhi standar internasional, yang tentunya hal ini sangat bagus untuk menunjang stabilitas
ekonomi di Indonesia.
Masalah kedua, kurangnya konsumsi
serat masyarakat Indonesia. Berdasarkan data survei pada tahun 2018 dari Southeast Asian Food and Agrickulture
Science and Technology (SEAFAST) Center Institut Pertanian Bogor (IPB)
konsumsi buah dan sayuran baru mencapai 180 gram per kapita per hari, padahal
standar WHO adalah 400 gram per kapita per hari. Hal tersebut diperparah dengan
makanan pokok yang rendah serat dan tinggi gula seperti beras putih, mi dari
tepung terigu, dan roti putih. Pola makan yang tinggi gula dan rendah serat
menimbulkan berbagai penyakit antara lain obesitas, diabetes, kanker usus, dan
sembelit. Maka inovasi pangan berbahan dasar daun kelor yang tinggi serat dan
rendah gula akan membantu memperbaiki gizi masyarakat Indonesia. Berbagai macam
makanan seperti roti, mi, kue dan lain-lainnya yang berbahan dasar tepung
terigu diganti dengan olahan pangan sejenis yaitu dengan tepung daun kelor.
Masalah ketiga, isu Ketahanan Pangan
Nasional. Menurut UU No 7 Tahun 1996, Ketahanan Pangan didefinisikan sebagai
kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap masyarakat yang tercermin dari
tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata,
terjangkau, dan berbasis pada keragaman sumber daya lokal. Kebutuhan gandum
untuk industri meningkat dikarenakan permintaan olahan pangan berbahan dasar
tepung terigu dan tepung gandum semakin banyak. Realisasi impor gandum untuk
industri makanan sebesar 5,8 juta ton atau naik 4,8% dari periode yang sama
tahun sebelumnya (Asosiasi Produsen Terigu Indonesia, 2017). Dengan tingginya
impor gandum maka dibutuhkan subtitusi tepung berbahan dasar lain untuk
mengurangi jumlah impor gandum, sehingga tidak menimbulkan ketergantungan bagi
bangsa Indonesia. Sebagai rangka memanfaatkan keragaman sumber daya alam, daun
kelor dapat diinovasi menjadi tepung yang dapat digunakan sebagai bahan dasar
untuk produk makanan seperti roti, mi, kue, dan berbagai jenis makanan lainnya.
Dengan demikian, tepung daun kelor tersebut dapat menjadi subtitusi tepung
gandum impor dan ciri khas Indonesia dalam rangka memperkuat ketahanan pangan
nasional.
Dengan terdapatnya beberapa latar belakang
masalah tersebut, diperlukan peran independensi media dalam mencapai stabilitas
ekonomi di Indonesia. Independensi media merupakan kebebasan media dalam
menyampaikan informasi tanpa terikat dengan pihak manapun. Maka dengan
didukungnya peran independensi media, diharapkan dapat memberikan informasi
kepada masyarakat mengenai manfaat serta kandungan gizi yang terdapat pada daun
kelor. Dengan begitu, masyarakat dapat menerima inovasi baru terhadap tepung
yang berbahan dasar daun kelor ini. Sesuai dengan hasil riset bahwa masih
banyak masyarakat yang kurang dalam mengkonsumsi serat dari buah-buahan maupun
sayur-sayuran, sehingga diharapkan manfaat yang terkandung dalam berbagai
olahan tepung daun kelor ini mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kesehatan
masyarakat. Hal ini juga didukung untuk mengatasi masalah tingginya daya impor
terhadap gandum di Indonesia, dengan begitu stabilitas ekonomi akan tercapai
dengan baik. Mengingat kutipan dari Menteri Kominfo RI, Tifatul Sembiring pada
tahun 2013 bahwa salah satu cita-cita negara Indonesia
adalah pada saat "Seratus Tahun Indonesia Merdeka” yaitu tahun 2045,
ditargetkan Indonesia akan menjadi peringkat 8 (delapan) besar dunia dengan Product
Domestic Bruto (PDB) sebesar U$16,8 triliun yang akan mampu meningkatkan stabilitas
ekonomi di Indonesia.
Dalam penyebaran informasi mengenai
tepung berbahan dasar daun kelor ini dapat melalui media cetak maupun media
elektronik. Media cetak yang dimaksud yaitu koran, majalah, brosur dan
buku-buku bacaan lainnya. Sedangkan media elektronik dapat melalui televisi,
radio, maupun internet. Di era globalisasi yang telah berkembang ini, hampir
semua masyarakat telah menggunakan internet dalam kehidupan sehari-hari. Baik
dari kalangan muda hingga tua banyak yang memanfaatkan internet dalam
penggunaan sosial media dan aplikasi-aplikasi lainnya. Hal ini tentunya akan semakin
memudahkan dalam menyampaikan informasi serta mengenalkan inovasi baru mengenai
tepung berbahan dasar daun kelor tanpa berniat menjatuhkan komoditas lainnya, karena
hal ini murni untuk menunjang tercapainya stabilitas ekonomi melalui peran dari
independensi media.
III. KESIMPULAN
Dari beberapa masalah di atas, dapat
diambil kesimpulan bahwa Negara Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki
sumber daya alam melimpah salah satunya yaitu daun kelor. Daun kelor ini biasa
disebut dengan daun sejuta manfaat, karena dipercaya memiliki banyak kandungan
gizi yang bermanfaat bagi kesehatan. Seperti yang diketahui bahwa pada saat ini
pemanfaatan daun kelor hanya dilakukan oleh sebagian masyarakat, dan sebagian
lagi masih belum begitu memahami mengenai manfaat yang dimiliki oleh daun kelor.
Maka dari itu berdasarkan masalah
yang telah diulas, dengan adanya peran independensi media diharapkan dapat
mendukung tersampaikannya informasi mengenai manfaat yang terdapat pada daun
kelor. Melalui inovasi tepung berbahan dasar daun kelor yang dapat dijadikan
sebuah olahan bahan pangan juga diharapkan dapat menunjang stabilitas ekonomi,
karena ketersediaan pangan yang memadai menjadi salah satu tantangan
pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Pengolahan tepung dari daun kelor
merupakan salah satu peluang yang dapat dilakukan untuk mengikis kegiatan impor gandum dari negara lain. Namun pengolahan tepung
tersebut harus dibarengi dengan peran independensi media untuk memberikan
informasi mengenai manfaat dari produk ini agar tetap eksis dan diminati
masyarakat.
Kini, saatnya yang muda yang berperan
dengan inovasi dan semangat yang tak gampang padam. Di usia muda ini harus kita
manfaatkan untuk membuat sebuah inovasi-inovasi baru demi kemajuan bangsa. Jika
sebagai generasi penerus bangsa hanya diam saja dan tidak memperdulikan kondisi
bangsa ini, maka bagaimana dengan masa depan Indonesia?
Dengan demikian diharapkan agar hasil
dari peran independensi media dapat menjadikan pemerintah maupun masyarakat
juga ikut serta dalam membudidaya dan mengolah tanaman kelor, yang tidak hanya
mengoptimalkan pemanfaatan daunnya saja namun juga limbah yang dihasilkan dari
kegiatan pemanfaatan tanaman kelor tersebut menjadi sesuatu yang bernilai.
Semoga adanya gagasan ini dapat membantu terciptanya independensi media dalam
menunjang perekonomian di Indonesia untuk mencapai tujuan dan target awal yang telah
ditentukan.
Keren sekali,sangat inovatif👍😊
BalasHapus